Selasa, 28 Februari 2012

BUMI, BINTANG DAN SENJA

ya begitulah, aku memanggilnya bintang karena bagiku nama itu adalah nama yang paling cocok untuknya, karena bintang selalu menghiasi malam yang kelam, dan menghibur hati yang rindu akan datangnya mentari, selain itu bintang mampu memancarkan sinarnya sendiri tanpa meminta sinar orang lain.... begitulah, bintang sungguh menginspirasiku untuk memanggil namanya dengan sebutan bintang karena memang dia adalah sosok yang bersinar diantara bintang2 yang lain. kepandaiannya bener2 mampu menyihirku, kemampuannya menganalisa sesuatu bener2 membuatku tertegun sampai membuka mulut :P

semakin dekat bersahabat dengan bintang, semakin aku mengerti arti kemanusian dan perjuangan. semakin aku bersyukur dipilihkan Allah di jalan ini sebagai pengabdi pada nilai kemanusian. berteman dengannya membuatku rajin belajar, rasa inginku untuk mengalahkannya dalam hal ini pun menuntunku untuk semakin getol mengejar ketertinggalanku. semua pertanyaanku selalu mampu dijawabnya dan aku hanya bisa mengangguk membenarkanya. lama kelamaan rasa kagum itu berubah menjadi rasa minder

rasa minder itu kembali menempatkan diriku sebagai bumi yang tak pantas memiliki bintang yang bersinar terang, menurutku bintang hanya cocok bersanding dengan matahari karena mereka sama-sama memancarkan sinar dan sinar itulah yang selalu dirindukan semua makhuk di bumi, sedangkan bumi, bumi hanya berjodoh dengan bulan. bulan sosok yang kadang tidak diperhitungkan sama sekali, bulan yang tak pernah bisa memancarkan sinarnya sendiri dan hanya mampu memantulkan sinar dari matahri- si sosok sempurna itu. dengan pantulan sinar itulah, bulan selalu berharap agar bumi bahagia- tanpa kegelapan lagi. begitulah bulan berkorban untuk bumi, selain itu bulan selalu menemani bumi tanpa mengeluh, mengelilinya 24 jam. sekali lagi bumi hanya pantas berjodoh dengan bulan dan tak pantas berjodoh dengan bintang. lalu siapakah bulan itu?? aku pun tak tau sosoknya

ya begitulah aku mengenal bintang sebagai sosok yang sempurna, sesempurna nama yang aku sisipkan untuknya. ternyata mataku mulai perlahan terbuka, ternyata bintang bukanlah sosok yang sempurna seperti yang aku kira selama ini. tabir demi tabir kembali terbuka, perlahan tapi pasti sosok bintang tak sesempurna yang aku bayangkan....akhirnya sirna sudah rasa kagum itu

senja, seperti namanya dia adalah sosok penghubung antara siang dan malam. begitulah aku menamai senja, karena sosoknya yang mungkin biasa saja tapi warna jingganya selalu menghangatkan setiap insan, senja dengan sinarnya yang jingga hanya datang sekejap mata, tak pernah bertahan lama menemaniku, mungkin karena itulah aku selalu merindukan jingga.aku yang begitu mencintai indahnya malam, heningnya malam kini merindukan sosok senja, sosok yang hanya sekejap memperlihatkan penampakan dirinya di depanku. senja dengan pesonanya yang singkat mampu menyihirku mampu membuatku ingin mengakhiri siang, menunggu-nunggu datangnya senja. walo senja slalu datang dengan keangkuhannya dan mungkin tidak pernah menganggap bumi ada tapi diakui atau tidak senja turut mewarnai gelombang kehidupan bumi.

itulah yang menyebabkan aku begitu sedih ketika hujan datang karena hujan selalu megagalkan rencanaku menikmati senja, menikmati keangkuhannya, menikmati warna jingganya-warna keberanian yang mungkin hanya setengah. aku tidak tahu apakah senja ditakdirkan menemani bumi, ataukah senja hanya pengantar datangnya malam. tapi yang kini kurasa aku begitu merindukan datangnya senja dan aku begitu menikmati keangkuhan senja....
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
bagaimana kisah bumi dan senja selanjutnya??? kapankah bumi bertemu dengan bulan, kita tunggu kisah selanjutnya, kalo saya lagi ga sibuk...baru inget kalo blom bikin makalah endo. sampai kapan ni kerjaan klinik ku mengacaukan kesempatanku bikin cerpen....

cerita ini hanya fiktif belaka adapun kesamaan nama dan tempat itu hanya kebetulan belaka