ya begitulah, aku memanggilnya bintang karena bagiku nama itu adalah
nama yang paling cocok untuknya, karena bintang selalu menghiasi malam
yang kelam, dan menghibur hati yang rindu akan datangnya mentari, selain
itu bintang mampu memancarkan sinarnya sendiri tanpa meminta sinar
orang lain.... begitulah, bintang sungguh menginspirasiku untuk
memanggil namanya dengan sebutan bintang karena memang dia adalah sosok
yang bersinar diantara bintang2 yang lain. kepandaiannya bener2 mampu
menyihirku, kemampuannya menganalisa sesuatu bener2 membuatku tertegun
sampai membuka mulut :P
semakin dekat bersahabat dengan
bintang, semakin aku mengerti arti kemanusian dan perjuangan. semakin
aku bersyukur dipilihkan Allah di jalan ini sebagai pengabdi pada nilai
kemanusian. berteman dengannya membuatku rajin belajar, rasa inginku
untuk mengalahkannya dalam hal ini pun menuntunku untuk semakin getol
mengejar ketertinggalanku. semua pertanyaanku selalu mampu dijawabnya
dan aku hanya bisa mengangguk membenarkanya. lama kelamaan rasa kagum
itu berubah menjadi rasa minder
rasa minder itu kembali
menempatkan diriku sebagai bumi yang tak pantas memiliki bintang yang
bersinar terang, menurutku bintang hanya cocok bersanding dengan
matahari karena mereka sama-sama memancarkan sinar dan sinar itulah yang
selalu dirindukan semua makhuk di bumi, sedangkan bumi, bumi hanya
berjodoh dengan bulan. bulan sosok yang kadang tidak diperhitungkan sama
sekali, bulan yang tak pernah bisa memancarkan sinarnya sendiri dan
hanya mampu memantulkan sinar dari matahri- si sosok sempurna itu.
dengan pantulan sinar itulah, bulan selalu berharap agar bumi bahagia-
tanpa kegelapan lagi. begitulah bulan berkorban untuk bumi, selain itu
bulan selalu menemani bumi tanpa mengeluh, mengelilinya 24 jam. sekali
lagi bumi hanya pantas berjodoh dengan bulan dan tak pantas berjodoh
dengan bintang. lalu siapakah bulan itu?? aku pun tak tau sosoknya
ya
begitulah aku mengenal bintang sebagai sosok yang sempurna, sesempurna
nama yang aku sisipkan untuknya. ternyata mataku mulai perlahan terbuka,
ternyata bintang bukanlah sosok yang sempurna seperti yang aku kira
selama ini. tabir demi tabir kembali terbuka, perlahan tapi pasti sosok
bintang tak sesempurna yang aku bayangkan....akhirnya sirna sudah rasa
kagum itu
senja, seperti namanya dia adalah sosok
penghubung antara siang dan malam. begitulah aku menamai senja, karena
sosoknya yang mungkin biasa saja tapi warna jingganya selalu
menghangatkan setiap insan, senja dengan sinarnya yang jingga hanya
datang sekejap mata, tak pernah bertahan lama menemaniku, mungkin karena
itulah aku selalu merindukan jingga.aku yang begitu mencintai indahnya
malam, heningnya malam kini merindukan sosok senja, sosok yang hanya
sekejap memperlihatkan penampakan dirinya di depanku. senja dengan
pesonanya yang singkat mampu menyihirku mampu membuatku ingin mengakhiri
siang, menunggu-nunggu datangnya senja. walo senja slalu datang dengan
keangkuhannya dan mungkin tidak pernah menganggap bumi ada tapi diakui
atau tidak senja turut mewarnai gelombang kehidupan bumi.
itulah
yang menyebabkan aku begitu sedih ketika hujan datang karena hujan
selalu megagalkan rencanaku menikmati senja, menikmati keangkuhannya,
menikmati warna jingganya-warna keberanian yang mungkin hanya setengah.
aku tidak tahu apakah senja ditakdirkan menemani bumi, ataukah senja
hanya pengantar datangnya malam. tapi yang kini kurasa aku begitu
merindukan datangnya senja dan aku begitu menikmati keangkuhan senja....
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
bagaimana
kisah bumi dan senja selanjutnya??? kapankah bumi bertemu dengan bulan,
kita tunggu kisah selanjutnya, kalo saya lagi ga sibuk...baru inget
kalo blom bikin makalah endo. sampai kapan ni kerjaan klinik ku
mengacaukan kesempatanku bikin cerpen....
cerita ini hanya fiktif belaka adapun kesamaan nama dan tempat itu hanya kebetulan belaka
Selasa, 28 Februari 2012
Langganan:
Postingan (Atom)