Minggu, 27 Mei 2012

catatan kecil seorang pengembara "merasa kalah"

siang ini, sebelum memulai aktivitas tidur siang saya ingin menorehkan sebuah tulisaN yang mungkin ga begitu berguna. kali ini saya ingin menulis tentang rasanya ditinggal nikah oleh orang yang diam2 kita harapkan dan mungkin orang itu pernah menorehkan  warna dalam lukisan kehidupan kita.

kenapa saya ingin menulis tentang itu.. karena percaya atau tidak saya pernah merasakan tiga kali rasanya ditinggal nikah oleh orang yang diam2 saya harapkan. bagaimana rasanya?? kalo pertanyaan ini ditanyaakan sekarang maka jawabannya ya biasa saja, tapi lain hal nya kalo pertanyaan ini diajukan beberapa tahun yang lalu pasti jawabannya akan berbeda, jawaban lebai yang diselingin dengan tetesan air mata pasti yang keluar dari bibir saya.

dekat dengan seseorang dan akhirnya diam2 mengharapkannya, itu aktivitas yang mungkin sebagian besar orang yang hidup di bumi pernah merasakannya termasuk saya. saya yang terbiasa mencintai dalam diam pun pernah merasakannya. lagi dan lagi pepatah jawa memang sangat manjur "witing tresno jalaran seko kulino" *timbulnya cinta karena terbiasa* itu benar2 sering saya alami. awalnya berteman biasa, tak sedikitpun ada rasa "mengharapkan" dalam pertemanan dan kadang teman tersebut jauh dari tipe laki-laki yang kita idamkan menjadi bapak dari anak2 kita kelak. waktu  telah mengubah semua, waktu pula yang telah perlahan menyibak misteri dalam diri teman-teman saya. semakin saya tau orang itu, semakin saya paham jalan pikirannya dan mungkin prinsip2 hidupnya yang bagi saya itu adalah "wah" dan ketika itu pula saya mulai terkesima (kagum red). walaupun lelaki tersebut mempunyai sederet kekurangan yang teman dekat saya bilang "ga banget" (egois red) tapi saya tetap mentoleransi kekurangannya.

saya tetap dan tetap terkesima dengan semua prinsip hidupnya. tapi ternyata Allah maha membolak-balikkan hati dan dalam waktu yang cepat saya mulai ilfil dan mulai tau sisi egois dia yang perlahan-lahan keluar sampai minta maap-pun ga pernah keluar dari mulut dia dan selama berteman hanya saya yang selalu mengeluarkan kata maap. karena saya yang tidak begitu menyukai masalah dan memperpanjang masalah, kata maap adalah kata yang paling tepat. karena mungkin dia merasa tidak sejalan akhirnya perlahan dia pergi meninggalkan puing2 kahancuran (halah, lebai) dan saya hanya bisa berucap "ya sudahlah"

saya yakin suatu saat nanti saya akan menemukan yang lebih baik, tahun demi tahun berlalu dan kesibukanlah yang membuat saya tidak perduli dengan kabarnya, akhirnya saat itupun datang juga, undangan pernikahanpun datang juga. dan saat itu pula saya tidak bisa membendung tangis. air mata yang saya tahan di kelopak akhir jatuh dan tidak bisa dipungkiri saya menangis sejadi2nya dan saya akui baru kali ini saya menangis karena seorang laki-laki.

kembali saya buka pertanyaan untuk hati saya...kenapa saya menangis?? apakah saya menangis karena saya menyukainya ataukah karena hal lain?? pertanyaan itu bergumul dalam otak saya berhari2 akhirnya saya temukan juga jawabannya. saya sudah tidak menyukainya dan sudah tidak mengharapkannya itu jawaban dari dirinya saya, lalu kenapa saya menangis?? ternyata selidik punya selidik, saya menangis karena saya merasa kalah. lhoh ini kan bukan pertandingan.... saya merasa kalah karena orang yang dulu saya harapkan dan  pernah melukai hati saya ternyata dia lebih dulu menemukan orang yang tepat dan lebih dulu berani mengambil keputusan, sedangkan saya disini masih harus berjuang dengan hidup saya sendiri dan masih di tempat yang sama seperti dulu. apalagi sejak saat dia menghilang tanpa berita saya tidak pernah dekat lagi dengan manusia berjenis kelamin laki2 (saya dan dia tidak pernah pacaran red)

rasa tertinggallah yang membuat saya terluka dan menangis seperti rasa kalah walau semua ini bukanlah sebuah permainan yang membutuhkan pemenang atau pecundang. rasanya tidak adil jika saya menikah lebih dulu darinya, dan rasanya tidak adil pula jika saya terus menerus merasa kalah. saya yakin ada seorang pangeran di sana yang lebih tepat untuk saya.

saya tidak ingin bilang "semua indah pada waktunya", saya hanya ingin bilang " semua sudah ada waktunya"... tulisan kehidupan kita sudah tertulis di lauhul mahfuz termasuk tentang jodoh kita. yah mungkin dia bukanlah yang terbaik, tapi yakinlah ada yg terbaik yang menanti kita ^_^. tapi tak lupa juga usaha, jodoh ada ditangan Allah, tapi kalo kita tidak mengambilnya akan tetap berada di tangan Allah... kita sudah ada jodohnya masing2 tinggal pilihan kita bagaimana menjemputnya.

Kamis, 24 Mei 2012

sebuah catatan kecil seorang pengembara

pagi ini, saya sangat ingin menulis. sekedar ingin menulis, aktivitas yang lebih saya sukai dari pada berinteraksi dengan banyak orang. aktivitas yang menyenangkan dan tentunya menghilangkan semua kegundahan hati ^_^. kali ini, saya ingin menulis tentang mengalah demi untuk kebaikan bersama.

yup, mengalah, mungkin sebuah kata yang gampang untuk ditulis, hanya butuh waktu 3 detik untuk menuliskannya tapi kadang butuh waktu bertahun-tahun untuk melakukannya dan saya yakin hampir semua orang pernah melakukkannya. entah mengalah untuk memberikan mainan terbarunya untuk adiknya atau memberikan mimpinya untuk orang lain bahkan mungkin memberikan orang yang kita sayang untuk orang lain. banyak sekali sisi mengalah yang lain tapi intinya hanya satu mencoba menglepaskan apa yang sebernarnya kita inginkan untuk kebahagiaan yang lain.

sakit, pasti dan saya yakin pasti ada tetesan air mata disana. apakah saya pernah merasakannya? jawabannya adalah sering. walaupun saya anak pertama, saya terbiasa mengalah, terbiasa mencoba memahami orang lain. karena sejak kecil, ibu saya selalu bilang "sing warang ngalah" *yang sehat mengalah* atau "sing gedhe ngalah" yang besar ngalah. mungkin karena itulah, saya terbiasa diam saat saya tidak ingin melepaskan. saya terbiasa menyendiri saat tekanan mendera saya. toh saya yakin diam lebih baik daripada berbicara ^_^ tapi walau susah, mengalah itu kadang diperlukan untuk kemaslahatan bersama.

sewaktu SD saya punya impian, saya melanjutkan ke SMP 2 yang notabene SMP favorit di kota saya dan mungkin adalah idaman semua anak kecil waktu itu. saya sangat menginginkannya, sungguh saya sering diam2 melihat gerbangnya ketika kebetulan saya main ke kota dan orang tua saya menjanjikan saya boleh sekolah disana jika semua nilai yg di UAN-kan lebih dari 8. itulah motivasi saya untuk terus belajar, akhirnya pengumuman NEM keluar dan saya bisa memenuhi itu tapi tidak pernah saya sangka sebelumnya bapak saya meminta saya sekolah di desa tempat tinggal saya karena waktu itu tahun 97, awal2 krismon dan ibu saya hanya diam, akhirnya saya mengerti saya harus mengalah. itulah kali pertama saya menangis sesenggukan karena saya harus mengalah.

ketika saya meluluskan SMA, orang tua saya minta saya untuk melanjutkan kuliah di tempat yang mereka inginkan. ego saya berkata, kali ini saya ga akan menyerah saya menolaknya karena saya tidak pernah tertarik kuliah disana. diam2 sewaktu  saya mengambil jurusan ini dan ternyata lulus. agak keberatan tapi akhirnya saya merasa menang karena diperbolehkan masuk disini tapi dengan konsekuensi saya harus mengencangkan ikat pinggang dan yang pasti saya lebih lama menyelesaikan masa studi saya. menyesal, ya saya pernah merasakannya. menyesal karena tidak mengalah dengan keinginan ortu. menyesal karena membuat orang yg paling saya sayangi berkorban mati2an untuk memuaskan keinginan saya. begitulah hidup, kadang apa yang kita sukai belom tentu baik untuk kita, dan apa yang kita benci belom tentu buruk buat kita.

yah begitulah mengalah. kadang mengalah itu sulit tapi yakinlah jika itu memang membawa kemaslahatan bersama kenapa tidak.... pun ketika kita harus mengalah menyerahkan orang yang mungkin kita sayangi untuk seseorang yang lebih dulu mengenalnya memang sakit, tapi jika itu memang membawa kebaikan buat bersama kenapa tidak kita lakukakan. apalagi seseorang itu adalah seseorang yang tidak berkompeten dan tidak berkomitmen. lepaskanlah, yakinlah kita akan menemukan seseorang yang lebih baik darinya. hati-hati bermain api, seperti pepatah jawa "witing tresno jalaran seko kulino amargo ora ono liyo " *timbulnya cinta karena terbiasa dan ga ada yang lain lagi*. semakin keras bilang "tidak" semakin saya mengerti faktor kebiasaan sudah berubah menjadi cinta. sampai sekarang saya meyakini seorang lelaki sejati adalah ketika dia tertarik ke perempuan maka dia akan mendatangi orang tuanya ^_^ (semoga keyakinan ini tidak berubah detik selanjutnya). mengalahlah jika mengalah itu diperlukan, toh mengalah itu bukan berarti kalah. bukan berarti kita menurunkan harga diri kita. apakah kita rela mengacak-acak seperempat perjalanan hidup kita hanya untuk seseorang yang cuma seperenambelas perjalanan hidup kita??lepaskanlah karena sebentar lagi akan ada yang lebih baik darinya insyaAllah, seseorang yang lebih berkompeten dan yang pasti lebih berkomitmen. karena hidup itu seperti pelangi, warnanya indah karena ada hujan dera sebelumnya. ^_^

Minggu, 06 Mei 2012

merasa kehilangan sebelum memiliki T_T .. sebuah catatan kecil

merasa kehilangan sebelum memiliki...itulah yang kerap kali manusia rasakan dan naasnya saya berulangkali merasakannya. saya sering menganggap sesuatu adalah milik saya walaupun hakikatnya semua itu belum pernah  dimiliki sama sekali. seperti anak kecil, saya kerap kali merengek2 meminta mainan yang mungkin mainan itu hanyalah mainan biasa dan ego saya mengatakan saya harus memilikinya. padal saya sama sekali tidak tau indahnya mainan itu, bagaimana mainan itu beroperasi dan kualitas mainan itu. yang saya pikir mainan itu bisa membuat hidup saya bahagia, akhirnya setelah rengekan yang terus menerus, si pemilik mainan meminjamkan mainan itu pada saya.

bukan kepalang bahagianya setelah mendapatkan mainan itu, mainan yang selama ini saya idamkan akhirnya saya dapatkan. mainan itu membuat saya merasa bahagia, senyum tak pernah lepas dari bibir saya saat saya menatap mainan itu dan yang pasti mainan itu mampu membuat saya melupakan mainan2 lainnya.

waktunya tiba, sang pemilik mainan itu mengambilnya padahal saya masih sangat menginginkan mainan itu. ingin rasa nya menangis sekeras2nya saat mainan itu diambil tapi apa mau dikata mainan itu bukan milik saya. ego dan hati saya berontak, ego saya untuk mempertahankannya dan hati saya yang mencoba pasrah mengembalikannya....

sedih memang tapi lebih sedih lagi saat mainan itu dipinjamkan pemiliknya ke orang lain...kecewa, hancur dan merana campur jadi satu. walo saya tau orang itu lebih layak mendapatkan mainan itu, dan mungkin saya tidak lebih membutuhkan dibanding orang itu. lagi dan lagi, ego saya berkata lain, ingin rasanya mengambil kembali mainan itu sedangkan hati mencoba mengikhlaskannya.... yup, ikhlas kata yang paling mudah diucapkan tapi merupakan kata terberat untuk diaplikasikan. senyum ini mengembang seolah2 hati ini ikhlas tapi kenyataannya hati ini sama sekali tidak ikhlas. dan saat itulah saya merasakan menjadi manusia paling munafik di dunia ini.

 yah, ternyata semua teori yg ada di kepala saya hanyalah teori belaka, secara teori, saya harus ikhlas karena semua itu bukan milik saya sepenuhnya. tapi kenyataannya saya masih berat merelakannya, berat melepaskannya. saya baru mengerti hidup itu bukan hanya sebuah teori2 muluk tapi pengaplikasianlah yg lebih penting. walau tak bisa dipungkiri kita harus mencari teori2 yang super duper banyak. bukankah ilmu mendahului amal

wahai Pemilik mainan, Engkau lebih tau perasaan saya, Engkaulah penggengam hati. jika memang mainan itu bukan yang terbaik maka balikkanlah hati saya untuk tidak menginginkan mainan itu, tapi jika memang mainan itu memang layak saya miliki, tolong izinkanlah saya memiliki mainan itu selamanya