Kamis, 24 Mei 2012

sebuah catatan kecil seorang pengembara

pagi ini, saya sangat ingin menulis. sekedar ingin menulis, aktivitas yang lebih saya sukai dari pada berinteraksi dengan banyak orang. aktivitas yang menyenangkan dan tentunya menghilangkan semua kegundahan hati ^_^. kali ini, saya ingin menulis tentang mengalah demi untuk kebaikan bersama.

yup, mengalah, mungkin sebuah kata yang gampang untuk ditulis, hanya butuh waktu 3 detik untuk menuliskannya tapi kadang butuh waktu bertahun-tahun untuk melakukannya dan saya yakin hampir semua orang pernah melakukkannya. entah mengalah untuk memberikan mainan terbarunya untuk adiknya atau memberikan mimpinya untuk orang lain bahkan mungkin memberikan orang yang kita sayang untuk orang lain. banyak sekali sisi mengalah yang lain tapi intinya hanya satu mencoba menglepaskan apa yang sebernarnya kita inginkan untuk kebahagiaan yang lain.

sakit, pasti dan saya yakin pasti ada tetesan air mata disana. apakah saya pernah merasakannya? jawabannya adalah sering. walaupun saya anak pertama, saya terbiasa mengalah, terbiasa mencoba memahami orang lain. karena sejak kecil, ibu saya selalu bilang "sing warang ngalah" *yang sehat mengalah* atau "sing gedhe ngalah" yang besar ngalah. mungkin karena itulah, saya terbiasa diam saat saya tidak ingin melepaskan. saya terbiasa menyendiri saat tekanan mendera saya. toh saya yakin diam lebih baik daripada berbicara ^_^ tapi walau susah, mengalah itu kadang diperlukan untuk kemaslahatan bersama.

sewaktu SD saya punya impian, saya melanjutkan ke SMP 2 yang notabene SMP favorit di kota saya dan mungkin adalah idaman semua anak kecil waktu itu. saya sangat menginginkannya, sungguh saya sering diam2 melihat gerbangnya ketika kebetulan saya main ke kota dan orang tua saya menjanjikan saya boleh sekolah disana jika semua nilai yg di UAN-kan lebih dari 8. itulah motivasi saya untuk terus belajar, akhirnya pengumuman NEM keluar dan saya bisa memenuhi itu tapi tidak pernah saya sangka sebelumnya bapak saya meminta saya sekolah di desa tempat tinggal saya karena waktu itu tahun 97, awal2 krismon dan ibu saya hanya diam, akhirnya saya mengerti saya harus mengalah. itulah kali pertama saya menangis sesenggukan karena saya harus mengalah.

ketika saya meluluskan SMA, orang tua saya minta saya untuk melanjutkan kuliah di tempat yang mereka inginkan. ego saya berkata, kali ini saya ga akan menyerah saya menolaknya karena saya tidak pernah tertarik kuliah disana. diam2 sewaktu  saya mengambil jurusan ini dan ternyata lulus. agak keberatan tapi akhirnya saya merasa menang karena diperbolehkan masuk disini tapi dengan konsekuensi saya harus mengencangkan ikat pinggang dan yang pasti saya lebih lama menyelesaikan masa studi saya. menyesal, ya saya pernah merasakannya. menyesal karena tidak mengalah dengan keinginan ortu. menyesal karena membuat orang yg paling saya sayangi berkorban mati2an untuk memuaskan keinginan saya. begitulah hidup, kadang apa yang kita sukai belom tentu baik untuk kita, dan apa yang kita benci belom tentu buruk buat kita.

yah begitulah mengalah. kadang mengalah itu sulit tapi yakinlah jika itu memang membawa kemaslahatan bersama kenapa tidak.... pun ketika kita harus mengalah menyerahkan orang yang mungkin kita sayangi untuk seseorang yang lebih dulu mengenalnya memang sakit, tapi jika itu memang membawa kebaikan buat bersama kenapa tidak kita lakukakan. apalagi seseorang itu adalah seseorang yang tidak berkompeten dan tidak berkomitmen. lepaskanlah, yakinlah kita akan menemukan seseorang yang lebih baik darinya. hati-hati bermain api, seperti pepatah jawa "witing tresno jalaran seko kulino amargo ora ono liyo " *timbulnya cinta karena terbiasa dan ga ada yang lain lagi*. semakin keras bilang "tidak" semakin saya mengerti faktor kebiasaan sudah berubah menjadi cinta. sampai sekarang saya meyakini seorang lelaki sejati adalah ketika dia tertarik ke perempuan maka dia akan mendatangi orang tuanya ^_^ (semoga keyakinan ini tidak berubah detik selanjutnya). mengalahlah jika mengalah itu diperlukan, toh mengalah itu bukan berarti kalah. bukan berarti kita menurunkan harga diri kita. apakah kita rela mengacak-acak seperempat perjalanan hidup kita hanya untuk seseorang yang cuma seperenambelas perjalanan hidup kita??lepaskanlah karena sebentar lagi akan ada yang lebih baik darinya insyaAllah, seseorang yang lebih berkompeten dan yang pasti lebih berkomitmen. karena hidup itu seperti pelangi, warnanya indah karena ada hujan dera sebelumnya. ^_^

Tidak ada komentar: