Rabu, 10 Oktober 2012

hanya sekedar bercerita


"semakin kita mengenal dunia, semakin kita merasa ketidak adilan disana"
yah begitulah yang saya rasakan beberapa hari ini, sukses menghilang dari dunia maya dan bergelut dengan dunia nyata membuat saya semakin mengerti dan paham bahwa dunia ini sangat memuakkan dan penuh ketidak adilan di dalamnya. saya tidak tau apakah ini hanya pikiran subjektif saya atau hanya pikiran orang2 yang merasa kalah dalam perjuangan hutan rimba yang makin angker ataukah hanya perasaan orang2 yang tersisih karena tidak punya "perbekalan" dalam mengarungi hutan rimba.

minggu-minggu ini adalah minggu panas dalam kehidupan hutan rimba, situasi dunia yang makin panas semakin menambah kepanasan hutan (opo to iki). semakin banyak orang curhat semakin saya terbengong dan bilang "kok gitu si?" semakin saya menghujat dalam hati "sungguh betapa menjemukan dunia ini"... perbekalan untuk masuk hutan tu sebenernya ga banyak hanya butuh dolar se-tas dan kamu ada darah keturunan singa maka kamu akan bisa survive di hutan rimba, cuma sayangnya dua modal penting itu susah dimiliki oleh orang seperti saya.

dulu saya orang yang selalu percaya dengan sebuah keberanian ekstra maka kamu akan bisa menjelajahi hutan manapun. ternyata itu hanya pikiran saya sewaktu saya masih polos dan masih tinggal di kaki gunung yang jauh dari hutan. setelah saya memasuki hutan, saya masih bisa berkata kalo ada kemauan pasti ada jalan. semakin saya masuk, semakin saya mengenal hukum rimba, semakin saya mengerti betapa susahnya bertahan di hutan rimba. modal keinginan yang kuat dan niat yang lurus saja ga cukup, butuh modal ekstra agar mampu melewati hutan sampai finish.

saya dan beberapa petualang lainnya yang tidak menyukai hukum rimba, perlahan-lahan tersingkir dan harus mengalah mempersilahkan terlebih dahulu raja2 hutan seperti singa, harimau, dan serigala berjalan duluan. dan kami hanya terbengong-bengong melihatnya sedangkan penonton di luar hutan sudah mulai berteriak-teriak menyoraki perjalanan kami. head set sudah terpasang dan lagu mulai dimainkan tapi ternyata teriakan penonton lebih keras daripada lagu yang kami dengarkan. tetap melangkah, walo terseok dan kaki terluka dan kebencian saya pada hukum rimba. saya tidak akan memasuki hutan yang sama dengan hukum yang sama meski tiket masuk yang sangat murah dibandingkan dengan hutan yang lain, janji saya.

miatkanlah untuk ibadah, setiap nasehat ibu saya yang selalu mendadak bijak tiap saya mengeluh tentang perjalanan saya. ibu saya yang biasa konyol dan begitu realistis dan hampir semua pemikirannya berseberangan dengan pemikiran saya, dalam hal ini beliau menjadi sangat bijak dan sangat idealis. saya saja tidak berpikir kalo perjalanan ini adalah ibadah dan pintu gerbang dakwah yang mungkin bisa saya lakukan. sepertinya saya harus lebih beriman pada qadha dan qadhar dan mungkin itulah kekurangan saya dan beberapa teman perjuangan yang sedikit marah bahkan sangat marah ketika takdir tidak sejalan dengan keinginan dan ketika perjalanan tinggal selangkah lagi dan kami diharuskan mundur beberapa jengkal. kadang ingin belajar dari ketapel, dia akan melesat jauh ketika ditarik mundur terlebih dahulu. tapi lagi dan lagi pehamanan ini memang mudah diucapkan tapi sungguh sulit untuk dimengerti dan dipahami karena mungkin saya dan banyak orang di dunia ini hanya mampu berbicara tanpa mampu bertindak, seolah bijak tapi sebenarnya hanya semu, tapi yang pasti kami pahami adalah keadilan hanya ada di akhirat.

mungkin nasehat ini sungguh klise, bener2 sangat klise dan mungkin ini juga nasehat untuk diri saya sendiri , jadikan perjalanan ini adalah perjalanan dakwah dan ibadah kita. halah *keknya tulisan ini sedang ditulis dalam keadaan tertidur*

Tidak ada komentar: