Minggu, 14 Oktober 2012

menikah dengan orang yang kita cintai vs menikah dengan orang yang mencintai kita

pertanyaan ini kerap sekali menjadi bahan diskusi kami-para jomblo- ketika nyambi mengerjakan pekerjaan lab. kami- orang2 yang mengerjakan pekerjaan lab dengan tangan sendiri tanpa mendelegasikan ke tehniker, menjadikan lab sebagai ruang untuk curhat, menggila, karaoke, semua lengkap disitu dan bisa dipastikan bahan obrolan kita menyimpang kemana2 hanya sekedar untung menghilangkan jenuh.

pun obrolan kami kali ini tentang menikah*mungkin ini menjadi hot topik diantara kami. di lab kering kira2 ada 4 orang, saya, teman saya dan 2 orang adek tingkat yang sudah menikah
salah seorang teman membuka pertanyaan : misal ada 2 orang co, si A dan si B. si A lebih besar cintanya pada kita dibanding si B, sedang kita lebih mencintai si B. mending menikah sama yang mana? *pertanyaan tersebut diajukan kepada dua orang temen saya yang sudah menikah dan jawabannya adalah menikah dengan si B. ini jawaban yang berbeda apabila pertanyaan tersebut diajukan pada kami-manusia2 yang belum merasakan menikah.

temen saya bertanya lagi : kenapa begitu??
teman yg sudah menikah : karena memelihara kadar cinta setelah menikah itu sulit *jawaban yg logis* lebih baik kita menikah dengan orang yang kita cintai.
teman saya : kalo kamu? *bertanya pada saya*
saya : jawabanku hampir mirip, menikah dengan orang yang kita cintai karena aku susah mencintai orang, ya minimal ada sesuatu yg menarik hatiku

inilah jawaban yang sering saya perdebatkan dengan ibu saya ataupun teman2 dekat saya. ibu saya yang selalu menasehati saya "jangan terlalu pemilih, menikah dengan orang yang mencintaimu, ce itu ditaksirkan dicintai bukan mencintai". nasehat teman2 yg lain "udah tih, pilih aza yang emang mencintaimu, toh cinta berjalan karena waktu. ce tu belajar mencintai"

akhirnya saya menemukan juga teman yang mempunyai jawaban yang sama dengan saya. hahha, bahagia karena ternyata saya bukan orang yang aneh di dunia inih. sebenernya alasan saya memilih jawaban itu bukan sedlipomatis jawaban adek tingkat saya tersebut tapi lebih karena saya tau siapa diri saya.

alasan pertama
karena menurut saya cinta adalah anugrah, kecocokan jiwa, walaopun misal kita sudah kenal lama-kalo kita cuma menganggap teman ya mungkin akan terasa beda apabila kita bertemu dengan seseorang yang bisa membuat kita nyaman di dekatnya walaupun kita baru mengenalnya dan jarang berinteraksi. mungkin memang kejadian "witing tresno jalaran seko kulino" sering terjadi tapi sensasi rasa yang ditimbulkan akan berbeda, antara cinta karena terbiasa dan cinta karena ada getaran yg lain *halah*. tapi disini akan saya garis bawahi bahwa saya orang yg tidak percaya pada cinta pada pandangan pertama, menurut saya itu bukan cinta tapi nafsu.. hahaha, hampir tidak pernah saya mencintai orang saat saya pertama kali kenal :P

alasan kedua
karenamenurut saya menikah adalah urusan seumur hidup, bukan urusan 1 jam atau 2 jam jadi harus dipikirkan matang2 dengan siapa kita menikah. menyegerakan bukan berarti tergesa-gesa. saya yang sudah ingin menikah sejak  semester 2 preklinik ampe sekarang belom juga menikah. bukan alasan saya yang terlalu pemilih *lha emang ga ada yg dipilih* atau ga laku-laku tapi menurut saya menikah itu butuh kedewasaan berpikir, ga cuma "aku pingin nikah" trus menikah, lalu " aku bosen nikah" trus talak. menikah ada perjanjian agung yang mampu menggetarkan arsy dan menurut saya memilih pasangan hidup minimal ada yang menarik dari dirinya yang bisa menumbuhkan rasa cinta kita. mungkin sebelum menikah,Allah lebih banyak menutup aib sipasangan tapi pas setelah kita menikah,ternyata aib tersebut satu per satu kebuka.kalo misalnya kita tidak menikah dengan orang yg kita cinta akan susah menumbuhkan cinta dalam pernikahan tersebut. kalo ada yg menarik dari pasangan, saat melihat tingkah aneh si pasangan maka kita akan berbicara dalam hati "walopun dia pelit tapi dia kan penyanyang anak2. dulu kan aku menikah karena dia penyayang anak2"

menurut saya itu sebagian alasan saya *alasan lain masih dipikirkan*

kalo misalnya ada pilihan mencintai orang yang kita nikahi, maka saya akan memilih itu cuma proses mencintai itu yang susah. apalagi untuk orang seperti saya yang masih belajar ilmu agama sejengkal demi sejengkal. saya masih belom siap menikah tanpa tau pribadi suami saya, yah seperti saya bilang tadi minimal ada yg menarik dari lelaki calon suami saya kelak. mungkin ada baiknya, ibu saya membaca tulisan ini, agar beliau mengerti alasan saya, mungkin selama ini saya lebih banyak diam dan ga mengutarakan apa pikiran saya karena memang saya tidak pandai berbicara seperti adek saya. mungkin saya bukanlah seorang penurut seperti dulu tapi saya juga bukan pembangkang yg melakukan tindakan tanpa alasan. :D

1 komentar:

Millati Indah mengatakan...

kalo aku maunya yang "mencintai aku dan aku juga mencintai dia". titik :D